jam

tEXt

Sabtu, 12 Februari 2011

KISAH EMO


Kawan, Jalan Bukan Sirkuit Untuk Balapan Aku jarang-jarang keluar malam mingguan hingga larut malam di atas pukul 12 malam untuk sekedar keliling-keliling kota apalagi sampai berkonvoi. Kalaupun aku keluar rumah di atas jam 12 malam, aku lebih memilih nongkrong di warung hik (atau Angkringan) sambil duduk manis nyeruput seduhan teh manis hangat sambil menyantap nasi [...]
Balap Liar, Antara Hobi & Eksistensi
 
1 Attachment(s)
“Seorang remaja tewas setelah terjungkal dari motor saat melakukan aksi kebut-kebutan, Minggu dinihari”. Berita yang tidak lagi mengejutkan, karena kerap menghiasi halaman surat kabar menyusul maraknya aksi para pembalap liar di beberapa ruas jalan di ibukota. Kehadiran mereka sudah menjadi hal yang biasa. Meskipun banyak keluhan dari masyarakat sekitar mengenai keberadaan mereka, namun tidak sedikitpun dari mereka bergeming. Aksi mereka malah menjadi tontonan gratis yang mengundang perhatian banyak orang. Dan bagi mereka sendiri, itu tidak lebih sebagai ajang pembuktian nyali, meskipun tidak sedikit pula yang bertaruh dalam jumlah besar dalam setiap balapan.

Bagaimana tidak, sebut saja Stephen yang hampir setiap malam Minggu menjadi joki balap liar di ruas jalan Buncit Raya, bilangan Jakarta Selatan. Tidak jauh beda dengan pembalap liar lainnya, dalam aksinya ia hanya mengenakan kaos oblong, celana pendek dan sandal jepit. “Pakai helm bikin susah liat posisi musuh, lagian kepala jadi terasa berat”, tutur Stephen. Bak raja jalanan, berada di atas motor dan memacunya dengan kecepatan tinggi merupakan suatu kenikmatan tersendiri. Segi keamanan berada di nomor kesekian, sudah dapat dibayangkan apa jadinya bila mereka jatuh. Lalu apa untungnya bagi para pembalap liar itu? Selain sebagai ajang pembuktian nyali, beberapa joki itu mendapatkan bayaran dari si pemilik motor apabila dapat memenangkan balapan. Bahkan bengkel tempat setting tunggangan merekapun tidak kalah diuntungkan, karena apabila motor settingan mereka diketahui sering memenangkan balapan, maka hampir bisa dipastikan bengkel tersebut akan kebanjiran pelanggan.



Lalu apakah pihak kepolisian diam saja menyikapi fenomena balap liar ini? Tidak, berbagai upaya telah mereka lakukan untuk setidaknya meredam aksi para pembalap liar ini. Mulai dari pemasangan spanduk himbauan di beberapa titik jalan yang sering digunakan sebagai lokasi balapan, sampai sweeping mendadak yang sering berbuntut aksi kejar-kejaran antara petugas dan para pembalap liar tersebut. Ironis, ketika kejar-kejaran dengan petugas malah menjadi hidangan penutup yang paling mereka gemari. Namun aksi sweeping mendadak nampaknya lebih dikurangi karena sering menimbulkan kepanikan yang dapat menelan korban jiwa baik si pembalap maupun kerumunan orang yang hanya menonton di pinggir jalan.

Banyaknya pembalap profesional yang lahir dari pembalap liar terkadang menciptakan pola pikir yang keliru. Dengan dalih itu aksi balap liar yang kerap mengganggu ketertiban umum dan jauh dari segi safety seolah dihalalkan. Untuk menyalurkan hobi itu, beberapa dari mereka berharap dapat dibuatkan sirkuit khusus, karena sirkuit sentul yang ada saat ini selain lokasinya yang jauh, juga biaya sewanya yang dinilai mahal. Entah kapan keinginan itu dapat segera direalisasikan. Hobi yang berpotensi memang sebaiknya mendapatkan penyaluran yang baik.



Simak kisah Ecek, seorang joki balap liar dan mekanik Tisna yang kerap disambangi para pembalap liar untuk men-setting tunggangannya sebelum turun di jalan. Serta kisah Bule mantan pembalap liar yang kini terjun di event balap resmi. Bro Boyke Kurniawan dari Forum Safety Riding Jakarta juga tidak ketinggalan memberikan tanggapannya mengenai fenomena Balap Liar ini, hanya di MOTOAIR..! Hari Kamis malam, pukul 22.oo WIB di FM 89.2 Utankayu, Radio Yang Mendengar Anda!

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More